Latar
belakang Terjadinya Perang dingin.
Ada
perdebatan di antara para sejarawan mengenai titik awal dari Perang Dingin.
Sebagian besar sejarawan menyatakan bahwa Perang Dingin dimulai segera setelah
Perang Dunia II berakhir, yang lainnya berpendapat bahwa Perang Dingin sudah
dimulai menjelang akhir Perang Dunia I, meskipun ketegangan antara Kekaisaran
Rusia, negara-negara Eropa lainnya, dan Amerika Serikat sudah terjadi sejak
pertengahan abad ke-19.
Revolusi
Bolshevik di Rusia pada tahun 1917 (diikuti dengan penarikan mundur pasukannya
dari Perang Dunia I), mengakibatkan Soviet Rusia terisolasi dari diplomasi internasional.
Pemimpin Vladimir Lenin menyatakan bahwa Uni Soviet "dikepung oleh para
kapitalis yang bermusuhan", dan ia memandang diplomasi sebagai senjata
untuk menjauhkan Soviet dari musuh, dimulai dengan pembentukan Komintern
Soviet, yang menyerukan pergolakan revolusioner di luar Soviet.
Pemimpin
Soviet Joseph Stalin, yang menganggap Uni Soviet sebagai sebuah "kepulauan
sosialis", menyatakan bahwa Uni Soviet harus memandang "dominasi
kapitalis saat ini harus digantikan oleh dominasi sosialis." Pada awal
1925, Stalin menyatakan bahwa ia memandang politik internasional sebagai sebuah
dunia bipolar di mana Uni Soviet akan menarik negara-negara lainnya ke arah
sosialisme dan negara-negara kapitalis juga akan menarik negara-negara lain ke
arah kapitalisme, sementara dunia sedang berada dalam periode "stabilisasi
sementara kapitalisme" menjelang keruntuhannya.
Berbagai
peristiwa menjelang Perang Dunia Kedua menunjukkan adanya saling
ketidakpercayaan dan kecurigaan antara kekuatan Barat dan Uni Soviet, terlepas
dari filosofi umum Partai Bolshevik yang dibentuk untuk menentang kapitalisme. Ada
dukungan dari Barat terhadap gerakan Putih anti-Bolshevik dalam Perang Saudara
Rusia, pemberian dana oleh Uni Soviet kepada pekerja pemberontak Britania pada
tahun 1926 menyebabkan Britania Raya memutuskan hubungan dengan Uni Soviet,
deklarasi Stalin tahun 1927 untuk hidup berdampingan secara damai dengan
negara-negara kapitalis diurungkan, tuduhan adanya konspirasi dalam Peradilan
Shakhty tahun 1928 yang direncanakan oleh Britania dan Perancis memicu kudeta, penolakan
Amerika untuk mengakui Uni Soviet hingga tahun 1933, dan Stalinisme Peradilan
Moskow untuk kasus Pembersihan Besar-Besaran, serta tuduhan atas adanya
spionase dari Britania, Perancis, dan Jerman Nazi merupakan peristiwa-peristiwa
yang melatarbelakangi Perang Dingin.
Ketika
Tentara Jerman menginvasi Uni Soviet pada bulan Juni 1941, Sekutu mengambil
keuntungan dari front baru ini dan memutuskan untuk membantu Uni Soviet.
Britania menandatangani persekutuan formal dan Amerika Serikat membentuk
kesepakatan informal dengan Soviet. Pada masa perang, Amerika Serikat
memfasilitasi Britania dan Soviet lewat program Lend-Lease nya.
Bagaimanapun
juga, Stalin tetap mencurigai kedua negara tersebut dan percaya bahwa Britania
dan Amerika Serikat bersekongkol untuk memastikan bahwa Soviet akan menanggung
beban terbesar dalam pertempuran menghadapi Jerman Nazi. Menurut pandangannya
ini, Sekutu Barat dengan sengaja menunda untuk membuka front anti-Jerman kedua
dengan tujuan untuk beraksi di saat-saat terakhir dan kemudian membuat
penyelesaian damai. Dengan demikian, persepsi Soviet terhadap Barat menyebabkan
munculnya arus ketegangan dan permusuhan dengan pihak SekutuTerjadi konflik,
ketegangan, dan kompetisi antara Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut
Blok Barat) dan Uni Soviet (beserta sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi
antara tahun 1947—1991.
Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang: koalisi militer, ideologi, psikologi, dan tilik sandi, militer, industri, dan pengembangan teknologi, pertahanan, perlombaan nuklir dan persenjataan, dan banyak lagi. Ditakutkan bahwa perang ini akan berakhir dengan perang nuklir, yang akhirnya tidak terjadi. Istilah "Perang Dingin" sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan yang terjadi di antara kedua negara adikuasa tersebut.
Setelah AS dan Uni Soviet bersekutu dan berhasil menghancurkan Jerman Nazi, kedua belah pihak berbeda pendapat tentang bagaimana cara yang tepat untuk membangun Eropa pascaperang. Selama beberapa dekade selanjutnya, persaingan di antara keduanya menyebar ke luar Eropa dan merambah ke seluruh dunia ketika AS membangun "pertahanan" terhadap komunisme dengan membentuk sejumlah aliansi dengan berbagai negara, terutama dengan negara di Eropa Barat, Timur Tengah, dan Asia Tenggara.
Meskipun kedua negara adikuasa itu tak pernah bertempur secara langsung, namun konflik di antara keduanya secara tak langsung telah menyebabkan berbagai perang lokal seperti Perang Korea, invasi Soviet terhadap Hungaria dan Cekoslovakia dan Perang Vietnam. Hasil dari Perang Dingin termasuk (dari beberapa sudut pandang) kediktatoran di Yunani dan Amerika Selatan. Krisis Rudal Kuba juga adalah akibat dari Perang Dingin dan Krisis Timur Tengah juga telah menjadi lebih kompleks akibat Perang Dingin. Dampak lainnya adalah terbaginya Jerman menjadi dua bagian yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur yang dipisahkan oleh Tembok Berlin. Namun ada pula masa-masa di mana ketegangan dan persaingan di antara keduanya berkurang. Perang Dingin mulai berakhir di tahun 1980-an ketika Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev meluncurkan program reformasi, perestroika dan glasnost. Secara konstan, Uni Soviet kehilangan kekuatan dan kekuasaannya terhadap Eropa Timur dan akhirnya dibubarkan pada tahun 1991.
Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang: koalisi militer, ideologi, psikologi, dan tilik sandi, militer, industri, dan pengembangan teknologi, pertahanan, perlombaan nuklir dan persenjataan, dan banyak lagi. Ditakutkan bahwa perang ini akan berakhir dengan perang nuklir, yang akhirnya tidak terjadi. Istilah "Perang Dingin" sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan yang terjadi di antara kedua negara adikuasa tersebut.
Setelah AS dan Uni Soviet bersekutu dan berhasil menghancurkan Jerman Nazi, kedua belah pihak berbeda pendapat tentang bagaimana cara yang tepat untuk membangun Eropa pascaperang. Selama beberapa dekade selanjutnya, persaingan di antara keduanya menyebar ke luar Eropa dan merambah ke seluruh dunia ketika AS membangun "pertahanan" terhadap komunisme dengan membentuk sejumlah aliansi dengan berbagai negara, terutama dengan negara di Eropa Barat, Timur Tengah, dan Asia Tenggara.
Meskipun kedua negara adikuasa itu tak pernah bertempur secara langsung, namun konflik di antara keduanya secara tak langsung telah menyebabkan berbagai perang lokal seperti Perang Korea, invasi Soviet terhadap Hungaria dan Cekoslovakia dan Perang Vietnam. Hasil dari Perang Dingin termasuk (dari beberapa sudut pandang) kediktatoran di Yunani dan Amerika Selatan. Krisis Rudal Kuba juga adalah akibat dari Perang Dingin dan Krisis Timur Tengah juga telah menjadi lebih kompleks akibat Perang Dingin. Dampak lainnya adalah terbaginya Jerman menjadi dua bagian yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur yang dipisahkan oleh Tembok Berlin. Namun ada pula masa-masa di mana ketegangan dan persaingan di antara keduanya berkurang. Perang Dingin mulai berakhir di tahun 1980-an ketika Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev meluncurkan program reformasi, perestroika dan glasnost. Secara konstan, Uni Soviet kehilangan kekuatan dan kekuasaannya terhadap Eropa Timur dan akhirnya dibubarkan pada tahun 1991.
Periode 1945-1969
Amerika Serikat dan Uni
Soviet sebagai negara pemenang perang muncul menjadi kekuatan raksasa. Dua
negara tersebut memiliki perbedaan ideologi, Amerika Serikat memiliki ideologi
liberal-kapitalis, sedangkan Uni Soviet berideologi sosialis-komunis. Dalam
waktu singkat memang pernah terjadi persahabatan di antara keduanya, namun
kemudian muncul antagonisme di antara mereka. Ada dua karakter pada periode
ini, Pertama, adanya keprihatinan akan ambisi rivalnya yang menimbulkan
pesimisme. Kedua, Amerika Serikat dan Uni Soviet merupakan kekuatan militer
yang sangat kuat dan memiliki kemampuan untuk menghancurkan musuhnya dengan
senjata atom.
Periode 1969-1979
Hubungan Amerika
Serikat-Uni Soviet mengalami perubahan drastis dengan terpilihnya Richard Nixon
sebagai Presiden AS. Didampingi penasehat keamanannya,Henry A. Kissinger,
Richard Nixon menempuh pendekatan baru terhadap Uni Soviet pada tahun 1969.
Tidak disangka, ternyata Uni Soviet juga sedang mengambil pendekatan yang sama
terhadap AS. Pendekatan ini lazim disebut détente (peredaan ketegangan).
Periode
1979-1985
Setelah 10 tahun
dijalankan, tampaknya Uni Soviet tidak kuat lagi untuk menjalani détente.
Akhirnya pada tahun 1979 Uni Soviet pun menduduki Afghanistan yang sebenarnya
mengundang pasukan Uni Soviet masuk kesana untuk membantu mereka. Aksi
semena-mena ini mengundang reaksi keras dari pihak AS, Presiden AS Jimmy Carter
menyatakan, agresi Uni Soviet di Afghanistan mengkonfrontasi dunia dengan
tantangan strategis paling serius sejak Perang Dingin dimulai. Lalu akhirnya
muncullah Doktrin Carter yang menyatakan bahwa AS berkeinginan untuk
menggunakan kekuatan militernya di Teluk Persia.
Periode 1985-1991
Pada Maret 1985, MG
mulai memimpin Uni Soviet. Perubahan secara besar-besaran mulai tampak pada
masa ini. Gorbachev berbeda dengan penguasa-penguasa Uni Soviet sebelumnya,
pada tahun 1987 ia berkunjung ke AS untuk mendekatkan keduanya kedalam sebuah
forum dialog. Bahkan pada tahun 1988, Persetujuan Genewa dicapai dan pada 15
Februari 1989 seluruh tentara Uni Soviet telah mundur dari Afghanistan.
Komitmen Gorbachev semakin terlihat saat Uni Soviet tidak menghanyutkan diri dan
mengambil sikap lebih netral dalam Perang Teluk tahun 1990-1991. Bahkan bantuan
untuk Kuba yang telah diberikan selama 30 tahun pun dihentikan pada tahun 1991
oleh Gorbachev. Namun kebebasan dan keterbukaan yang dicanangkan oleh Gorbachev
menimbulkan reaksi keras dari tokoh-tokoh komunis dalam negeri. Puncaknya
terjadi pada Kudeta 19 Agustus 1991 yang didalangi oleh Marsekal Dimitri Yazow
(Menteri Pertahanan), Jenderal Vladamir Kruchkov (Kepala KGB), dan Boris Pugo
(Menteri Dalam Negeri). Namun ternyata kudeta itu gagal karena mendapat
perlawanan dan penolakan dari rakyat Uni Soviet dibawah pimpinan Boris Yeltsin
dan Unit Militer Uni Soviet. Sebagai akibat dari kudeta itu; Latvia, Lithuania,
Estonia, Georgia, Maldova memisahkan diri dari Uni Soviet. Latvia, Listhuania
dan Estonia sendiri berhasil memperoleh kemerdekaan nya dari Uni Soviet pada
tanggal 6 September 1991. Akhirnya, Gorbachev mengakui bahwa sistem komunis
telah gagal di Uni Soviet. Pada akhir 1991, negara Uni Soviet yang telah
berumur 74 tahun itupun runtuh dan terpecah-pecah menjadi beberapa negara yang
sekarang termasuk dalam persemakmuran Uni Soviet (Commonwealth of Independent
State/CIS). Bubarnya Uni Soviet ini menandai berakhirnya Perang Dingin dengan
kemenangan di pihak AS.
Kejadian yang berhubungan
dengan Perang Dingin,
a. Perang
Saudara Cina
b. Perang
Vietnam
c. Perang
Korea
d. Perang
Soviet-Afganistan
e. Perang
sipil Kamboja
f. Perang
sipil Angola
g. Perang
sipil Yunani
h. Krisis
Kongo
i.
Runtuhnya Tembok Berlin
j.
Revolusi Hongaria
k. Krisis
Iran
l.
Krisis misil Kuba.
Peserta Perang Dingin
a. NATO
b. Pakta
Warsawa
c. Gerakan
Non-Blok
d. Republik
Rakyat Cina
e. Sekutu
Amerika Serikat diluar NATO
f. Sekutu Uni Soviet diluar Pakta Warsawa.
SUMBER :
http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Dingin#Permulaan_Perang_Dingin_.281947.E2.80.931953.29
duniabaca.com/faktor-penyebab-terjadinya-perang-dingin.html